ya'juj wama'juj
Ya’ju dan ma’jud adalah makhluk kecil yang ukurannya kira2 satu jengkal
dan bertelinga panjang. Semula makhluk ini pernah dikurung pada suatu
tempat yang bertembok besar dan tinggi oleh Dzulqornain karena tingkah
lakunya yang suka merusak. Pernah beberapa kali mencoba keluar dari
tempat itu tapi yang lain menarik dari bawah sehingga tak berhasil,
sampai pada akhir suatu hari, akhir dari bulan, akhir dari tahun dan
akhir dari semuanya yakni hari kiamat.
“Hingga
apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di
hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti
pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan
Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka
dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu
membuat dinding antara kami dan mereka”. Dzulkarnain berkata, “Apa yang
telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik,
maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku
membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah Aku potongan-potongan
besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak)
gunung itu, berkatalah Dzulkarnain, “Tiuplah (api itu)”, hingga apabila
besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata, “Berilah Aku
tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.” Maka
mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.
Dzulkarnain berkata, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka
apabila sudah datang janji Tuhanku, dia akan menjadikannya hancur luluh;
dan janji Tuhanku itu adalah benar” (Al-Kahfi: 93-98).
Makhluk ini ialah suatu golongan dari keturunan yajid bin nuh. Kelak
makhluk ini akan keluar dengan menghancurkan tembok itu pada hari
kiamat. Inilah tanda akan terjadi kiamat Qubra (kiamat sesungguhnya)
akhir dari segalanya. Seperti yang tercantum dalam QS. Al Ambiya’ :
96-97 :
Hingga
apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan
cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan
janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata
orang-orang yang kafir. (Mereka berkata):”Aduhai, celakalah kami,
sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah
orang-orang yang zhalim”
Dan Rasulullah telah memperingatkan akan hal ini dalam sabdanya :
Dari Zaenab binti Jahsy bahwa Nabi datang kepadanya dengan
tergopoh-gopoh. Beliau bersabda, “La ilaha illallah, celaka orang-orang
Arab dari keburukan yang telah dekat, pada hari ini benteng Yaâ’juj
Maâ’juj dibuka seperti ini” Rasulullah melingkarkan ibu jarinya dengan
jari telunjuknya. (Muttafaq alaihi, Mukhtashar Shahih al-Bukhari no.
1341, Mukhtashar Shahih Muslim no. 1987).
Lalu siapakah mereka itu?
Nama Yaâ’juj Maâ’juj, ada yang berkata, ia bukan nama Arab, ada yang
berkata, ia adalah nama Arab, diambil dari ajijun nar yang berarti
bergolaknya api, atau dari al-Ajj yang berarti air asin. Apapun
begitulah nama mereka yang tercantum di dalam al-Qur’an dan
hadits-hadits Nabi. Mereka adalah sekelompok umat dari Bani Adam, jumlah
mereka sangatlah besar.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri dari Nabi saw bersabda, Allah Taala berfirman,
menjelaskan bahwa mereka berwajah lebar seperti tameng yang menonjol
dengan rambut merah kecoklatan, mata sipit, datang dengan cepat dari
tempat yang tinggi.
Di awal pembahasan penulis telah katakan bahwa Yaâ’juj Maâ’juj dikurung
dengan baja oleh Dzulkarnain, mereka tidak akan keluar darinya sebelum
janji Allah tiba, dan itu terjadi di akhir zaman sebagai tanda Kiamat
yang sudah diambang pintu. Mereka keluar setelah Isa turun dan membunuh
Dajjal. Keluarnya mereka dari kurungan memiliki cerita tersendiri yang
disebutkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam hadits no 3153 dan Ibnu Majah no.
4131 dari Abu Hurairah, dan dishahihkan oleh al-Albani di Silsilah
Shahihah no. 1735. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya
Yaâ’juj dan Maâ’juj membongkarnya setiap hari, sampai ketika mereka
hampir melihat cahaya matahari. Pemimpin mereka berkata, “Kita pulang,
kita teruskan besokâ”. Lalu Allah mengembalikannya lebih kuat dari
sebelumnya. Ketika masa mereka telah tiba dan Allah ingin mengeluarkan
mereka kepada manusia, mereka menggali, ketika mereka hampir melihat
cahaya matahari, pemimpin mereka berkata, “Kita pulang, kita teruskan
besok insya Allah Taalaâ”. Mereka mengucapkan insya Allah. Mereka
kembali ke tempat mereka menggali, mereka mendapatkan galian seperti
kemarin. Akhirnya mereka berhasil menggali dan keluar kepada manusia.
Mereka meminum air sampai kering dan orang-orang berlindung di benteng
mereka. Lalu mereka melemparkan panah-panah mereka ke langit dan ia
kembali dengan berlumuran darah. Mereka berkata, “Kita telah mengalahkan
penduduk bumi dan mengungguli penghuni langit.”
Pembicaraan tentang Yaâ’juj Maâ’juj ini penulis tutup dengan sebuah
hadits an-Nawas bin Samâ’an di Shahih Muslim (Mukhtashar Shahih Muslim
no. 2048). Dari hadits ini kita mengetahui banyak hal tentangnya.
Rasulullah bersabda, “Ketika
Isa dalam kondisi demikian, Allah mewahyukan kepada Isa bin Maryam,
“Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaKu, tak seorang pun
mampu memerangi mereka, maka bawalah hamba-hamba-Ku berlindung di
At-Thurâ”. Lalu Allah mengeluarkan Yaâ’juj dan Maâ’juj, dan mereka
mengalir dari segala penjuru. Rombongan pertama melewati danau
Thabariyah dan meminum airnya. Rombongan terakhir menyusul sementara air
danau telah mengering, mereka berkata, “Sepertinya dulu di sini pernah
ada airâ”. Nabi Isa AS dan teman-temannya dikepung sehingga kepala sapi
bagi mereka lebih berharga daripada 100 dinar, lalu Nabi Isa AS dan
kawan-kawan berdoa kepada Allah. Lalu Allah mengirim ulat di leher
mereka, maka mereka mati bergelimpangan seperti matinya jiwa yang satu.
Kemudian Allah menurunkan Nabi Isa dan kawan-kawannya ke bumi, maka
tidak ada sejengkal tempat pun di bumi kecuali dipenuhi oleh bau busuk
mereka. Lalu Nabiyullah Isa AS dan teman-temannya berdoa kepada Allah,
kemudian Allah menurunkan hujan deras yang mengguyur seluruh rumah, baik
yang terbuat dari tanah atau kulit binatang. Hujan itu membasuh bumi
sehingga ia seperti cermin yang berkilauan.”
Dajjal disebutkan berulang-ulang dalam Hadits, sedangkan Ya’juj
wa-Ma’juj bukan saja disebutkan dalam Hadits, melainkan pula dalam
Al-Qur’an. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan
turunnya Al-Masih.
Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu). Kamus
Lisanul-’Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal.
Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong
yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan,
karena ia menutupi bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga
mengatakan, karena ia menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena
ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi.
Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan
barang dagangannya ke seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan
barang dagangannya. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki
Dajjal karena mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya,
artinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.
Kata Ya’juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan
Yaf’ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula
asra’a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus
Lisanul-’Arab. Ya’juj wa-Ma’juj dapat pula diibaratkan sebagai api
menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.
Mongolia Tempat Ya’juj dan Ma’juj
Sebenarnya para ulama berbeda pendapat dengan tempat asal Ya’juj dan
Ma’juj dan di negeri mana tempat mereka pertamakali muncul. Tetapi para
ulama yang telah meneliti secara detail menemukan bahwa tempat Ya’juj
dan Ma’juj ini berasal dari satu tempat di Timur laut wilayah Mongolia.
Penduduknya beretnis Mongol dengan kehidupan nomad. Yang pasti, menurut
para peneliti kata “Mongolia” dan “Mongol” sendiri terkait erat dengan
kata “Ma’juj”, bahkan berhubungan langsung. Terkadang, kata Ya’juj dan
Ma’juj juga dipakai dengan sebutan “Mongol” dan “Tartar”.
Tujuh Kebangkitan Ya’juj dan Ma’juj Sepanjang Sejarah.
Untuk kesekian kalinya DR. Shalah Abdul Fatah Al Khalidi menegaskan
bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah mereka yang mendiami wilayah Mongolia.
Mereka juga termasuk daerah Turkistan, Russia dan China. Tetapi yang
menjadi pertanyaan penting, apakah Ya’juj dan Ma’juj tidak pernah keluar
kecuali nanti saat menjelang Kiamat?
Para ilmuwan yang meneliti mengatakan bahwa Ya’juj dan Ma’juj telah
bangkit dan keluar berkali-kali. Kebangkitan terakhir adalah ketika
menjelang Kiamat, sebagaimana disebutkan juga dalam beberapa hadist
Shahih. Para ilmuwan sejarah menyebutkan bahwa mereka terhitung sudah
Tujuh kali keluar dari persembunyiannya.
Pertama, zaman prasejarah Mongol, atau sekitar tahun 5000 S.M. Ketika
itu mereka sanggup merubah dan menghancurkan peradaban China kuno, lewat
serangan mereka dengan melewati gurun Ghabi.
Kedua, awal dimulainya sejarah, atau sekitar tahun 1500 S.M – 1000 S.M,
gelombang kedatangan mereka sebagian muncul dari Timur laut. Mereka
berniat menempati sebagian wilayah China, Asia Tengah, daerah Mongolia
dan Turkistan. Akan tetapi ekspansi mereka ke daerah-daerah itu dengan
perdamaian bukan dengan penyerangan. Mereka hidup di sana dengan bekerja
sebagai petani.
Ketiga, kemunculan Ya’juj dan Ma’juj kali ini di akhir tahun 1000 S.M.
Dimana mereka menguasai wilayah pesisir laut Qazween, laut Hitam, utara
Kaukasus, aliran sungai Danube dan Puljaa. Pada kebangkitannya yang
ketiga ini, sejarah mencatat mereka telah melewati lorong sempit
“Deriyal” di celah pegunungan Kaukasus untuk menyerang peradaban Nenoy,
pada akhir tahun 700 S.M. Penyerangan mereka kepada Nenoy memberi
pengaruh langsung pada jatuhnya peradaban Asyuria. Hal ini juga
dibenarkan oleh Herodotus, bapak sejarah Yunani.
Keempat, di akhir tahun 500 S.M, Ya’juj dan Ma’juj bergerak untuk
menguasai daerah-daerah Asia Barat, dengan melalui lorong sempit Deriyal
di celah pegunungan Kaukasus. Saat itulah Dzulqarnain atas permintaan
penduduk di sana mendirikan benteng menutupi lorong sempit itu. Dengan
adanya benteng itu, penyerangan mereka terhalang dan batal menguasai
negeri-negeri yang sudah mereka rencanakan. Negeri-negeri itu pun aman
sampai beberapa waktu.
Kelima, akhir tahun 300 S.M, waktu itu kabilah Ya’juj dan Ma’juj
mengarahkan ekspansinya ke wilayah Timur. Lalu tak lama kemudian mereka
menyerang kekaisaran China. Para sejarawah China menyebut kabilah Ya’juj
dan Ma’juj ini dengan sebutan “Hyung Hu”. Pada zaman itu kekaisaran
China dipimpin oleh Kaisar Qin Shi Huang atau nama gelarnya “Shih Huang
Ti” yang maknanya “Kaisar pertama”. Di era pemerintahannya ia berhasil
membangun tembok agung China (The Great Wall). Pembangunan tembok ini
dimulai dari tahun 264 SM. dan selesai dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Tembok inilah yang merupakan benteng dari serangan Ya’juj dan Ma’juj.
Keenam, kebangkitan Ya’juj dan Ma’juj kali ini pada abad keempat Masehi.
Ketika mereka melakukan ekspansi ke Eropa, dengan dipimpin oleh
panglima perangnya bernama “Attila”. Ekspansi dan penyerangan tergolong
sukses, mereka menaklukkan kerajaan Romawi lalu menguasai ibukotanya
Roma, yang kemudian kota ini mereka hancurkan. Mereka pun menguasai
kerajaan Romawi sampai beberapa abad kemudian.
Ketujuh, pada abad ke 12 Masehi atau abad ke 7 Hijriyah dibawah
kepemimpinan Jenkis khan, mereka menyerang kerajaan-kerajaan Islam
sebelah Barat, kemudian berkuasa dan menghancurkannya. Dan cucu Genghis
Khan bernama “Hulago” berhasil memasuki Bagdad yang merupakan ibukota
pada zaman Khilafah Abbasiyyah dan menghancurkannya pada tahun 656
Hijriyah.
Genghis Khan dan Hulago Pemimpin Ya’juj dan Ma’juj
Sebagian sejarawan dan ahli tafsir berpendapat bahwa Mongol dan Tartar
merekalah Ya’juj dan Ma’juj. Mereka yang disebutkan di atas telah
bangkit dan melakukan ekspansi tujuh kali sepanjang sejarahnya. Dan
keluarnya Genghis Khan serta Hulago pada kebangkitan ketujuh Ya’juj dan
Ma’juj, menurut para ilmuwan merupakan pendapat yang boleh-boleh saja.
Bukan pendapat yang mesti ditolak dan bukan pendapat yang aneh.
Karena ekspansi Mongol atau Tartar selalu dalam jumlah yang beesar dan
menakutkan. Sementara itu bukti-bukti menyatakan bahwa serangan Mongol
dan Tartar pada negeri-negeri Islam sangat besar dan merusak. Jejak
penghancurannya terdapat bukti-bukti yang kuat.
Jatuhnya Bagdad dan Terbunuhnya Khalifah
Genghis Khan wafat pada tahun 624 Hijriyah. Namun peperangan antara umat
Islam melawan bangsa Mongol dan Tartar tetap berlanjut. Sampailah
kemudian kepemimpinan Mongol ditangan cucu Genghis Khan, yaitu Hulago.
Hulago pun tak kalah bencinya kepada Islam dan berniat terus
memeranginya. Ia telah menyiapkan pasukan berjumlah 200 ribu orang untuk
menyerang Bagdad.
Mereka menduduki Bagdad dengan mudah pada akhir bulan Muharram tahun 656
Hijriyah. Saat itu pasukan Islam berjumlah kurang dari sepuluh ribu
orang. Dengan jumlah sedikit itu menjadikan pasukan Islam mudah
dikalahkan. Ditambah lagi pengkhianatan dari para pejabat khalifah,
sehingga pasukan Mongol mudah menguasai Bagdad. Di kota Bagdad Hulago
menumpahkan kebenciannya pada Islam, ia memerintahkan untuk membunuh
seluruh penduduk Bagdad. Tak terkecuali khalifah yang berkuasa saat itu
Al Mu’tashim Billah, yang merupakan khalifah terakhir Dinasti
Abbasiyyah. Beberapa sejarawan berbeda pendapat tentang jumlah umat
Islam yang terbunuh di Bagdad. Sebagian mengatakan 800.000 ribu orang,
1.800.000 ribu orang dan bahkan ada yang mengatakan 2 juta orang
terbunuh di Bagdad. Wajar jika yang meninggal dalam jumlah sangat besar,
karena pedang-pedang prajurit Hulago tidak berhenti selama 40 hari
menebas leher orang-orang Islam, hingga diberitakan saat itu Bagdad
banjir darah!
Perang ‘Ain Jalut Serta Kalahkannya Ya’juj dan Ma’juj
Pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulago merubah arah ekspansinya dari
Bagdad menuju Syiria. Dengan didukung kekuatan yang lengkap mereka
dengan mudah menaklukkan wilayah Haleb dan membunuh penduduknya.
Di Timur jauh wilayah Mongolia, terjadi perpecahan antara para pejabat
dan panglima perang Mongol dalam masalah kekuasaan. Oleh karena itulah
Hulago panglima besar Mongol kembali ke negerinya untuk melihat langsung
pertikaian itu. Ia menyerahkan tapuk kepemimpinan di wilayah Syiria
kepada “Kitbuqa”. Pasukan Islam saat itu dipimpin oleh Al Mudzaffar
Saifuddin Qutuz dan Dzahir Pepris. Dua pasukan itu bertemu di suatu
tempat yang dikenal dengan ‘Ain Jalut. Perang itu sendiri pecah pada
hari Jum’at, 25 Ramadhan tahun 658 H, dua tahun setelah Hulago
membumihanguskan Bagdad. Pada perang di ‘Ain Jalut ini pasukan Islam
memperoleh kemenangan dan berhasil menghancurkan tentara Mongol. Bahkan
pangeran Jamaluddin Aqusyi mampu menerobos kejantung pertahanan musuh
dan membunuh panglima perang Mongol Kitbuqa.
Kekalahan di ‘Ain Jalut merupakan kekalahan pertama Mongol. Ini
merupakan akhir kisah dari kebangkitan ketujuh kaum yang disebut Ya’juj
dan Ma’juj itu. Setelah kekalahan ini tentara Mongol kembali ke
negerinya, mereka mendirikan kerajaan-kerajaan di wilayah India,
Khurasan, Turkistan dan lainnya.
Kebangkitan Terakhir Ya’juj dan Ma’juj
Para peneliti kembali menyimpulkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj mereka adalah
orang-orang yang berkulit kuning. Mendiami wilayah China, Korea, Tibet,
Mongolia, Rusia, Turkistan dan lainnya. Lalu apa hubungan mereka dengan
kebangkitan Ya’juj dan Ma’juj menjelang hari Kiamat?
China disinyalir merupakan bahaya yang dahsyat bagi Eropa, Amerika, Arab dan lainnya. Sedikit informasi ekonomi Mesir hari ini mulai dikuasai oleh bangsa pendatang (China). Bahaya di masa depan utamanya adalah terkait dengan jumlah penduduknya. Penduduk China merupakan seperempat jumlah penduduk bumi. Jumlah itu terus bertambah dengan cepat. Memang belum jelas apa yang akan terjadi di masa depan, dengan terus bertambahnya jumlah penduduk bukan tidak mungkin mereka melakukan ekspansi besar-besaran. Ekspansi itu mungkin dengan cara damai atau bahkan dengan pendudukan secara paksa. Akan tetapi sumber sejarah membenarkan keadaan ini, dan mewanti-wanti akan bahaya China di masa depan. Seorang Kaisar Jerman pernah berkata, “akan celaka Eropa dari China!”
China disinyalir merupakan bahaya yang dahsyat bagi Eropa, Amerika, Arab dan lainnya. Sedikit informasi ekonomi Mesir hari ini mulai dikuasai oleh bangsa pendatang (China). Bahaya di masa depan utamanya adalah terkait dengan jumlah penduduknya. Penduduk China merupakan seperempat jumlah penduduk bumi. Jumlah itu terus bertambah dengan cepat. Memang belum jelas apa yang akan terjadi di masa depan, dengan terus bertambahnya jumlah penduduk bukan tidak mungkin mereka melakukan ekspansi besar-besaran. Ekspansi itu mungkin dengan cara damai atau bahkan dengan pendudukan secara paksa. Akan tetapi sumber sejarah membenarkan keadaan ini, dan mewanti-wanti akan bahaya China di masa depan. Seorang Kaisar Jerman pernah berkata, “akan celaka Eropa dari China!”
Keberadaan Rusia juga tidak bisa dikesampingkan, mungkin saja mantan
negara adidaya itu bangkit kembali dan berkuasa. Karena sejarah dan
sunatullah mencatat ada pengulangan dari setiap kejayaan.
Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa Ya’juj dan Ma’juj bukan ditujukan
kepada kelompok atau etnis tertentu, tetapi lebih menekankan kepada
sifat secara umum bagi semua kelompok, etnis dan bangsa yang suka
membuat kerusakan dan membunuh manusia. Tetapi pendapat ini dibantah,
karena bukti-bukti sejarah dan dalil-dalil agama menunjuk kepada
kelompok tertentu (baca: pengkhususan).
Kebangkitan Ya’juj dan Ma’juj menjelang hari Kiamat merupakan suatu
kepastian. Mereka akan bangkit dari sebelah Timur dalam jumlah yang
sangat besar, mereka menghabiskan ’sumber-sumber air’ di negeri-negeri
yang mereka lewati. Bahkan saking rakusnya, sebagian kelompok Yajuj dan
Ma’juj yang terakhir tidak mendapatkan air itu. Ini semua tidak akan
terjadi kecuali menjelang hari Kiamat. Wallahu ‘alam [Abu Nahidh]
dajjal
Danau Tiberias adalah danau air tawar yang terletak di antara bagian
bawah Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah dan Dataran timur kota
Galilea Palestina. Garis pantainya membentang sepanjang 53 km dengan
luas 166 km2. Bagian terdalam dari danau ini mencapai kedalaman 46 M.
Danau ini secara geografis terletak di wilayah Palestina dan Suriah,
tetapi secara politis saat ini dikuasai oleh penjajah zionis Israel.
Danau yang terletak pada posisi 213 di bawah permukaan laut ini
terhitung sebagai danau air tawar terendah di dunia, dan danau kedua
terendah secaa umum setelah danau Laut Mati yang berasa asin. Danau
Tiberias merupakan sumber pasokan utama kebutuhan air bersih Penduduk
Palestina dan penjajah Israel. Selain itu Danau ini merupakan lokasi
penting bagi pemeluk Semua agama samawi.
Orang-orang Yahudi mernbangun permukiman mereka di tepi Danau Tiberias,
juga resort dan penginapan bagi petinggi militer Israel, mengingat
posisinya yang berdekatan dengan perbatasan Palestina dan Suriah,
sebagai antisipasi penyusupan pihak-pihak yang tidak mereka kehendaki,
Wilayah ini pun menjadi kawasan wisata elit bagi militer dan pemerintah
Israel. Mereka melengkapi kawasan ini dengan berbagai properti layaknya
daerah tujuan wisata ala Eropa yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas
maksiat dan bersenang-senang, sehingga terkenal sebagai tempat
berselingkuh para prajurit dan pejabat militer Israel, demikian juga
dengan sebagian politisi dan tokoh-tokoh mereka. Demikian sepintas
tentang danau Tiberias saat ini.
Adapun keterkaitannya dengan kemunculan Dajjal, sebagaimana yang telah
diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa turunnya
permukaan air danau ini menjadi salah satu tanda-tanda kedatangan
Dajjal. Saat ini permukaan air Danau Tiberias telah mengalami
penyusutan. Ini tentu menjadi musibah bagi kita semua, karena masa
kemunculan Dajjal semakin dekat, sedangkan kedatangannya itu akan
membawa fitnah yang besar bagi umat Islam di mana saja mereka berada;
sebagian besar manusia terkena fitnah tersebut. Sang Dajjal, saat
kemunculannya, mengaku sebagai Tuhan, mengaku sebagai yang memiliki
surga dan neraka. Dalam keterangan tentang Dajjal dinyatakan bahwa kaum
wanita adalah yang terbanyak mendatanginya sehingga para laki-laki
pulang menemui ibu, putri, saudari, dan bibi mereka, mengikat mereka
dengan kuat, karena takut wanita-wanita itu keluar menemui Dajjal. Oleh
karena itu Rasulullah shallallahun ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hal yang
paling saya takutkan akan menimpa kalian adalah al-Masih ad-Dajjal.”
Agar lebih jelas apa dan mengapa dengan sosok Dajjal ini, berikut hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat Fatimah bind Qais
radhiyallahu ‘anha. Dalam riwayat tersebut dinyatakan bahwa dia berkata,
“Saya mendengar juru panggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyeru: Shalat Jama’ah! Shalat jama’ah” (panggilan seperti ini biasanya
hanya pada waktu shalat atau apabila ada sesuatu yang sangat penting).
Fatimah binti Qais melanjutkan, “Maka saya pun pergi ke masjid dan
shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan saya berada
pada shaf pertama para wanita. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah selesai beliau duduk di atas mimbar.
Beliau tertawa kemudian berkata,’Hendaklah masing-masing tetap di tempat! Tahukah Anda semua mengapa saya kumpulkan?’
Para Shahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu:
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bukan karena suatu kabar
gembira, bukan pula karena suatu ancaman, tetapi karena Tamim ad-Dari
tadinya seorang pemeluk Nasrani lalu dia datang menyatakan keIslamannya
dan menceritakan kepada saya kejadian yang sesuai dengan yang pernah
saya sampaikan kepada kalian semua tentang al-Masih ad-Dajjal. Dia
menceritakan kepada saya bahwa dia berlayar dengan tiga puluh orang
dari Lakhm dan Juzam,
lalu ombak besar membuat mereka terombang ambing di lautan sebulan
lamanya hingga akhirnya mereka terdampar di sebuah pulau di arah timur
matahari. Mereka pun turun dan duduk beristirahat dekat kapal mereka
lalu memasuki pulau tersebut. Mereka kemudian bertemu dengan makhluk
melata yang dipenuhi bulu. Saking banyaknya bulunya mereka tidak tahu
mana bagian depan dan bagian belakangnya. Mereka berkata, Makhluk apakah
Engkau ini?’
Makhluk itu berkata, Aku adalah Jassasah (Pengintai).’
Mereka bertanya, Apa itu Jassasah?’
Makhluk tu menjawab, ‘Pergilah kalian menemui laki-laki yang ada
digedung besar sana, dia sangat ingin mendengar berita dari kalian.’
Tamim berkata, ‘Ketika dia menyebut nama seorang laki-laki, kami takut
bahwa makhluk itu adalah setan. Maka kami pun bergegas pergi sampai kami
menemukan bangunan besar itu lalu masuk ke dalamnya. Disana ada seorang
manusia yang paling besar dan paling kuat yang pernah kami lihat. Kedua
tangannya terbelenggu ke lehernya diantara kedua lutut dan sikunya.
Kami berkata, ‘Celakalah engkau, makhluk apakah engkau ini?’
Dia menjawab, kalian mampu menemukanku, beritahu saya siapa kalian ini!’
Mereka (Tamim dan rombongan) menjawab, ‘Kami adalah orang-orang Arab,
kami naik kapal laut, tiba-tiba ombak pasang dan kami pun
terombang-ambing selama satu bulan sampai akhirnya terdampar di pulau
Anda ini. Kami pun merapat dan memasukinya. Tiba-tiba kami bertemu
dengan makhluk melata yang berbulu sangat lebat sehingga sulit
mengetahui mana depan dan mana bagian belakangnya. Kami berkata
kepadanya, ‘Celakalah engkau, makhluk apakah kau ini?’
Dia menjawab, Aku adalah jassasah (Pengintai).’
Kami pun berkata, Apakah jassasah itu?’
Dia berkata, ‘Pergilah temui laki-laki yang ada di bangunan besar itu karena dia sangat ingin mendengarkan berita dari kalian!’
Maka kami pun bergegas menemuimu, dan merasa takut dengan makhluk itu dan menyangka dia adalah setan.
Laki-laki besar itu berkata, ‘Beritahukan kepada saya tentang kebun
kurma Baisan!’ Kami berkata, ‘Tentang apanya yang ingin engkau ketahui?’
Dia berkata, ‘Tentang pohon-pohon kurmanya, apakah masih berbuah?’ Kami
berkata, ‘Ya.’ Dia berkata, ‘Ketahuilah karma-karma itu hampir tidak
lagi berbuah.
Beritakan kepadaku tentang danau Tiberias!’ Kami pun berkata, ‘Tenting
apanya yang ingin engkau ketahui?’ Dia berkata, Apakah di sana ada
airnya?’ Kami menjawab, ‘Danau itu banyak airnya, ‘Dia berkata,
‘Ketahuilah airnya tak lama lagi akan habis.
Beritahu saga tentang sumber air Zagar!’ Kami berkata, ‘Tentang apanya
yang ingin engkau ketahui?’ Dia berkata, Apakah masih banyak airnya?
Apakah penduduk sekitarnya memanfaatkan airnya untuk bercocok tanam?’
Kami menjawab, ‘Ya, airnya banyak, penduduk sekitar memanfaatkannya
untuk bercocok tanam.’
Dia berkata, ‘Beritakan kepada saya tentang Nabi kaum yang ummi, apa
yang telah dilakukannya?’ Mereka menjawab, ‘Dia telah muncul di Mekkah
dan tinggal di Yasrib,’ Dia berkata, Apakah orang-orang Arab memerangi
mereka?’ Kami menjawab, ‘Ya.’ Dia berkata, Apa yang dilakukannya kepada
mereka?’ Maka kami pun memberitahurnya bahwa telah tampak para
pengikutnya dari kalangan orang-orang Arab, mereka mematuhinya. Dia
berkata, ‘Itu sudah terjadi?’ Kami menjawab, ‘Ya,’ Dia berkata, jika
demikian maka yang terbaik bagi kalian ialah mematuhinya. Aku
beritahukan kepada kalian siapa sesungguhnya aku ini. Aku adalah
al-Masih, hampir datang waktunya aku diizinkan keluar, lalu akan
berjalan mengelilingi bumi, tidak satu kampung pun yang tidak kusinggahi
dalam waktu empat puluh malam kecuali Mekkah dan Taibah karena keduanya
diharamkan atasku. Setiap kali aku berusaha untuk memasuki salah satu
dari keduanya aku akan dihadang oleh Malaikat yang memegang pedang
mengusir saya menjauhi kedua kota itu. Setiap celah kota itu dijaga oleh
para malaikat.”‘
Fatimah binti Qais (perawi hadits) berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menghentakkan tongkat beliau ke mimbar dan berkata,
‘Inilah Taibah, inilah Taibah (maksud beliau Madinah). Bukankah saya
pernah menyampaikannya hal seperti ini kepada kalian?’ Para hadirin
menjawab, ‘Benar,’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan,
‘Sesungguhnya apa yang disampaikan oleh Tamim membuatku kagum karena
sesuai dengan yang pernah saya sampaikan kepada kalian tentang Dajjal,
Madinah dan Mekkah. Dia berada di laut Syam atau laut Yaman; bukan,
tetapi dia ada di timur, dia ada di timur, dia ada di timur!’ Beliau pun
memberi isyarat dengan tangannya ke arah timur. Fatimah melanjutkan,
“Maka saya pun menghafalnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.”
Dengan demikian tidak asing lagi bagi kita semua bahwa turunnya
permukaan air Danau Tiberias merupakan salah satu pertanda semakin
dekatnya kemunculan Dajjal. Zionis Israel saat ini dilanda kecemasan
yang tinggi karena debit air Danau berkurang secara signifikan, karena
hal ini berpengaruh besar terhadap sektor pertanian bahkan masa depan
mereka di bumi penjajahan. Semenjak tahun 2004 pemerintahan zionis
membuat garis merah dan garis hitam untuk mengontrol debit air Danau.
Sungguh mengejutkan, semenjak tahun 2004 permukaan Danau mengalami
penyusutan setinggi 16 M. Terakhir Menteri Pertanian Zionis menyatakan
secara terbuka melalui kantor berita mereka bahwa debit air danau
Tiberias mengalami penyusutan yang mengkhawatirkan. Berita ini tentunya
tidak saja menjadi ancaman bagi rezim Zionis tetapi juga bagi kita umat
Islam, karena penurunan permukaan air danau Tiberias adalah salah satu
tanda dekatnya waktu kemunculan Dajjal
Saya teringat bahwa Syekh Bin Baz rahimahullah sebelum beliau wafat,
ketika mendengar berita turunnya permukaan air danau Tiberias, beliau
menangis dan berkata, “Inilah zaman kemunculan Dajjal.”
Untuk melengkapi tulisan ini, bersama ini kami lampirkan foto-foto yang
menguatkan informasi tentang sudah dekatnya masa kemunculan Dajjal.
Kesimpulan ini berdasarkan hadirs yang memberitakan akan menyusutnya
debit air danau Tiberias empat belas abad yang lalu dan sekaligus juga
memberitakan perihal kemunculan al-Masih ad-Dajjal.
Silahkan bandingkan antara pasangan-pasangan gambar yang kami tampilkan,
yang mana salah satunya menunjukkan kondisi Danau dengan debit air
masih tinggi dan berikutnya kondisi air Danau saat ini.